Performa berahi sapi PO pada berbagai BCS yang disinkronisasi dengan medroxy progesteron acetate di Satker Sumberejo Kendal

Authors

  • Muhammad Jamaluddin Ma'ruf Universitas Diponegoro
  • Edy Kurnianto
  • Sutiyono Sutiyono

DOI:

https://doi.org/10.21776/ub.jiip.2017.027.02.05

Keywords:

Sapi Peranakan Ongole, Body Condition Score, Reproduksi, Estrus

Abstract

The objective of this study was to evaluate estrus appearance of Ongole Grade cattle on various Body Condition Score synchronized with medroxy progesterone asetat. Material used in this study was 68 head female Ongole Grade cattle and classified into 3 based on BCS, that was low (1-<4), midle (≥4-<7), high (≥7). Parameters of study was number of cattle showing estrus, appearance of vulva, mucus, uterus erection, speed and lenght of estrus. Collecting data was done since the synchronization was stopped and estrus detection was done at 8 am, 2 pm and 7 pm on 10 day. Data of this study was analized by descriptive mode and independent t-test. The result showed that cattle showing estrus in group of BCS 1-<4, ≥4-<7 and  ≥7 were 32%, 35% and 40%, respectively. The mode of color and temperature changing on BCS 1-<4, ≥4-<7 and ≥7 were + (100%); vulva swelling each group was + (100%), + (77,78%), + and – (50%), respectively, mode of mucus all of groups were + (100%), while uterus erection at each group of BCS were  +(100%), +(77,78%) and +(100%). Average of estrus speed on BCS 1-<4, ≥4-<7 and ≥7 were 364,6±117,65, 312,89±118,01 and 372±220,62, while estrus lenght BCS 1-<4, ≥4-<7 and ≥7 were 628,71±61,43, 533±190,19 and 422±121,62. In conclution, estrus synchronization did not give significant effect on various BCS. Various BCS showed that occurrence of estrus sign tended to same, but the middle BCS had better estrus length than that of small and high BCS.

References

Anisa, E. 2016. Pengaruh Body Condition Score (BCS) Berbeda Terhadap Intensitas Berahi Sapi Induk Simental Peranakan Ongole (Simpo). Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang (Skripsi)

Arman, C. 2003. Sinkronisasi berahi menggunakan susuk progesterone pada sapi Brahman-Cross di pulau Lombok. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan, Bogor 29-30 September 2003.

Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi daging menurut provinsi.

Budiawan, A., M. N. Ihsan dan S. Wahjuningsih. 2015. Hubungan body condition score terhadap service per conception dan calving interval sapi potong Peranakan Ongole di Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. J. Ternak Tropika 16 (1): 34-40

Darussalam. 2016. Pengaruh Perlakuan Sinkronisasi Berahi Terhadap Respon Berahi Pada Sapi Bali Induk Pasca Melahirkan. Fakultas Peternakan, Universitas Hasanudin, Makasar. (Skripsi).

Dewi, R.R., Wahyuningsih dan D. T. Widayati. 2011. Respon estrus pada kambing Peranakan Ettawa dengan body condition score 2 dan 3 terhadap kombinasi implant controlled internal drug release jangka pendek dengan injeksi prostaglandin f2 alpha. Jurnal Kedokteran Hewan. 5 (1):11-16.

Endrawati, E, E. Baliarti Dan S.P.S. Budi. 2010. Performans induk sapi silangan Simental-Peranakan Ongole dan induk sapi Peranakan Ongole dengan pakan hijauan dan konsentrat. Bulletin Peternakan. 34 (2): 86-93

Handayani, U. F., M. Hartono dan Siswanto. 2014. Respon kecepetan timbbulnya estrus dan lama estrus pada Sapi Bali setelah dua kali pemberian prostaglandin F2α (pgf2α). J. Ilmiah Peternakan Terpadu. 2 (1): 33-39

Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University Press, Surabaya.

Kementan. 2015. Outlook Komoditas Pertanian Subseektor Peternakan Daging Sapi. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Secretariat Jendral Peternakan Kementerian Pertanian.

Pangestu, D. P. 2014. Status Kebuntingan dan Gangguan Reproduksi Ternak Sapi Bali Betina di Mini Ranch Maiwa Kabupaten Enrekang.Fakultas Peternakan, Universitas Hasanudin, Makasar. (Skripsi).

Partodihardjo, S. 1992. Ilmu reproduksi ternak. Mutiara, Jakarta.

Prasita, D., D. Samsudewa dan E. T. Setiatin. 2015. Hubungan antara Body Condition Score (BCS) dan lingkar panggul terhadap Litter Size Kambing Jawarandu di Kabupaten Pemalang. Agromedia. 33 (2): 65-70.

Ratnawati. D., C. P. Wulan., A.S. Lukman. 2007. Petunjuk Teknis Penanganan Gangguan Reproduksi pada Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian

Rizal, M. 2005. Pengaruh implementasi progesterone intravaginal terhadap timbulnya estrus pada domba Garut betina. J. I. Trop. Anim. Agric. 30 (3) : 167-171

Shinjo, A. 1990. First Course in Statistics, First Edition. University of the Ryukyus Nishihara-Cho, Okinawa

Sodiq, A dan M. Budiono. 2012. Produktivitas sapi potong pada kelompok tani ternak di pedesaan. J. Agripet. 12 (1) : 28-33

Spiegel, M. R. 2004. Schaum’s Easy Outline. Erlangga. Jakarta.

Suharto, K. 2003. Penampilan Poensi Reproduksi Sapi Perah Friesian Holstein akibat pemberian kualitas ransum berbeda dan infusi larutan iodium povidon 1% intra uterin. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. (Thesis Magister Ilmu Ternak).

Tahir, T. 2016. Percepatan Berahi pada Sapi Bali Dara melalui Pemberian Konsentrat dengan Level Protein Berbeda. Fakultas peternakan Universitas Hasanudin. (Skripsi).

Tuasikal, B. J., Totti, T dan Ratnawati, K. 2004. Studi Gangguan Reproduksi Sapi Perah dengan teknik Radio Immunoassay (RIA) Progesteron. Risalah Seminar Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi lsotop dan Radiasi. Puslitbang Teknik Nuklir, Batan

Downloads

Published

2017-07-21

How to Cite

Ma’ruf, M. J., Kurnianto, E., & Sutiyono, S. (2017). Performa berahi sapi PO pada berbagai BCS yang disinkronisasi dengan medroxy progesteron acetate di Satker Sumberejo Kendal. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan (Indonesian Journal of Animal Science), 27(2), 35–43. https://doi.org/10.21776/ub.jiip.2017.027.02.05

Issue

Section

Articles